Kegiatan Literasi Kelas IV Tema 2 Selalu Berhemat Energi

Kegiatan Literasi Kelas IV Tema 2 Selalu Berhemat Energi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2013 meluncurkan sebuah gerakan literasi sekolah untuk menumbuhkan sikap budi pekerti luhur kepada anak-anak melalui bahasa. Sederhananya, setiap anak di sekolah dasar diwajibkan membaca buku-buku bacaan cerita lokal dan cerita rakyat yang memiliki kearifan lokal dalam materi bacaannya sebelum pelajaran kelas dimulai.

Secara luas, literasi yang dimaksud disini lebih dari sekedar membaca dan menulis. Ia juga mencangkup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya.

Apa yang dimaksud dengan literasi?
Keterampilan Literasi adalah keterampilan yang dibutuhkan dalam mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

Mengapa literasi penting?
Literasi sangat penting bagi siswa karena keterampilan dalam literasi berpengaruh terhadap keberhasilan belajar mereka dan kehidupannya. Keterampilan literasi yang baik akan membantu siswa dalam memahami teks lisan, tulisan, maupun gambar/visual

Apa saja produk literasi?
  1. Buku
  2. Majalah
  3. Surat kabar
  4. Tabel
  5. CD/DVD
  6. Program televisi/radio
  7. Petunjuk
  8. Percakapan
  9. Instruksi
  10. Teks bacaan
Keterampilan literasi akan berkembang dengan baik karena pembiasaan. Dalam kegiatan ini sekolah dapat melakukan kegiatan pembiasaan literasi yang meliputi pembiasaan menulis, pembiasaan membaca dan pembiasaan berbicara.

Berikut akan disampaikan beberapa kegiatan literasi selama satu minggu dengan harapan sekolah bisa mengembangkannya. Kegiatan pembiasaan literasi hanya membutuhkan sekitar 15-20 menit setiap harinya. Sekolah harus menjalankan program dengan konsisten agar perkembangan literasi siswa dapat berkembang dengan baik. Setiap hari guru harus membimbing siswanya untuk kegiatan berbahasa lisan, membaca pemahaman dan menulis.

Kegiatan berbahasa lisan (15 menit)
  1. Guru meminta seorang siswa untuk mengambil salah satu benda yang dibawanya dari rumah dan mendeskripsikannya di depan temantemannya.
  2. Siswa lain diminta untuk menyimak serta diberi kesempatan untuk bertanya.
  3. Kegiatan seorang siswa untuk berbicara dan menjawab pertanyaan hanya 3 menit saja.
  4. Guru kemudian meminta siswa lain untuk maju ke depan dan melakukan hal yang sama. Guru melakukan hal yang sama untuk siswa ketiga.
  5. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa bahwa setiap hari mereka akan melakukan hal yang sama. Setiap hari aka nada tiga orang yang maju ke depan kelas untuk mendeskripsikan benda.

Membaca Pemahaman (30 menit)
  1. Ambil satu teks dari Aku Cinta Membaca
  2. Mintalah siswa untuk membaca senyap (membaca dalam hati) selama 5 menit.
  3. Pada kesempatan ini guru juga membaca teks yang sama. Partisipasi guru dalam membaca sangat bermanfaat bagi siswa karena guru bisa dijadikan contoh.
  4. Mintalah siswa menyampaikan apa yang dibacanya kepada teman disebelahnya. Guru berkeliling untuk memastikan semua berpartisipasi aktif.
  5. Guru meminta siswa untuk menuliskan satu kata sulit di potongan kertas kecil dan menempelkannya di papan tulis (bisa juga guru meminta siswa menyampaikan kata sulit kemudian guru menuliskannya di papan tulis).
  6. Guru membahas satu kata sulit dengan siswa. Guru bertanya kepada siswa, siapa yang bisa menemukan arti salah satu kata sulit tersebut. Siswa harus menjelaskan arti kata tersebut. Siswa lain menanggapi.
  7. Selanjutnya guru membahas kata sulit yang lain. Begitu seterusnya.
  8. Siswa mencatat kata-kata sulit yang telah didiskusikan. 
Menulis Kegiatan (30 menit)
  1. Kegiatan menulis bisa dilakukan di kertas HVS yang dibagikan oleh guru.
  2. Siswa diajak mengingat satu kegiatan yang dilakukan dihari sebelumnya (apabila kegiatan menulis dilakukan pada hari Senin, maka siswa harus mengingat kegiatan pada hari Minggu, begitu seterusnya).
  3. Siswa kemudian menuliskan kegiatan yang dilakukannya tersebut (berolahraga, ke rumah nenek, berkebun, pergi ke kota, dsb). Guru mengingatkan siswa untuk menulis dengan mencantumkan apa yang dilakukan; siapa yang terlibat, kapan dilakukan, bagaimana kegiatan dilakukan, bagaimana perasaan mereka saat berkegiatan, dimana mereka melakukan kegiatan.
  4. Setelah kegiatan menulis selesai, guru bisa meminta setiap siswa untuk membacakan tulisannya kepada teman kelompoknya.
Kegiatan berbahasa lisan (15 menit)
  1. Guru meminta seorang siswa untuk mengambil salah satu benda yang dibawanya dari rumah dan mendeskripsikannya di depan temantemannya.
  2. Siswa lain diminta untuk menyimak serta diberi kesempatan untuk bertanya.
  3. Kegiatan seorang siswa untuk berbicara dan menjawab pertanyaan hanya 3 menit saja.
  4. Guru kemudian meminta siswa lain untuk maju ke depan dan melakukan hal yang sama. Guru melakukan hal yang sama untuk siswa ketiga.
  5. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa bahwa setiap hari mereka akan melakukan hal yang sama. Setiap hari akan nada tiga orang yang maju ke depan kelas untuk mendeskripsikan benda.
Membaca Pemahaman (30 menit)
  1. Ambil satu teks dari Aku Cinta Membaca
  2. Mintalah siswa untuk membaca senyap (membaca dalam hati) selama 5 menit.
  3. Pada kesempatan ini guru juga membaca teks yang sama.
  4. Mintalah siswa menyampaikan apa yang dibacanya lewat tulisan.
  5. Guru meminta salah satu siswa untuk menyampaikan hasil tulisannya di depan kelas dan siswa lain menanggapi.
Menulis Kegiatan (30 menit)
  1. Kegiatan menulis bisa dilakukan di kertas HVS yang dibagikan oleh guru.
  2. Siswa diajak mengingat satu kegiatan yang dilakukan dihari sebelumnya (apabila kegiatan menulis dilakukan pada hari Senin, maka siswa harus mengingat kegiatan pada hari Minggu, begitu seterusnya).
  3. Siswa kemudian menuliskan kegiatan yang dilakukannya tersebut (berolah raga, ke rumah nenek, berkebun, pergi ke kota, dsb). Guru mengingatkan siswa untuk menulis dengan mencantumkan apa yang dilakukan; siapa yang terlibat, kapan dilakukan, bagaimana kegiatan dilakukan, bagaimana perasaan mereka saat berkegiatan, dimana mereka melakukan kegiatan.
  4. Setelah kegiatan menulis selesai, guru bisa meminta setiap siswa untuk membacakan tulisannya kepada teman kelompoknya.
  5. Pada kesempatan ini siswa lain diminta menanggapi pemilihan kosa kata, tanda baca.
  6. Tulisan siswa dikumpulkan oleh guru. 
Kegiatan berbahasa lisan (15 menit)
  1. Guru meminta seorang siswa untuk mengambil salah satu benda yang dibawanya dari rumah dan mendeskripsikannya di depan temantemannya.
  2. Siswa lain diminta untuk menyimak serta diberi kesempatan untuk bertanya.
  3. Kegiatan seorang siswa untuk berbicara dan menjawab pertanyaan hanya 3 menit saja.
  4. Guru kemudian meminta siswa lain untuk maju ke depan dan melakukan hal yang sama. Guru melakukan hal yang sama untuk siswa ke tiga.
  5. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa bahwa setiap hari mereka akan melakukan hal yang sama. Setiap hari aka nada tiga orang yang maju ke depan kelas untuk mendeskripsikan benda.
Membaca Pemahaman (30 menit)
  1. Ambil satu teks dari Aku Cinta Membaca
  2. Mintalah siswa untuk membaca bersama (satu siswa membaca satu paragraph, yang lain mendengarkan. Setelah selesai satu paragraph dibaca, siswa lain melanjutkan membaca paragrap berikutnya. Begitu seterusnya.) Pada kesempatan ini guru juga mendapatkan membaca satu paragrap.
  3. Setiap satu paragrap dibaca, guru kemudian mengajukan pertanyaan mengenai teks atau meminta siswa menceritakan kembali teks yang dibacanya.
Menulis Kegiatan (30 menit)
  1. Kegiatan menulis bisa dilakukan di kertas HVS yang dibagikan oleh guru.
  2. Siswa diajak mengingat satu kegiatan yang dilakukan di hari sebelumnya (apabila kegiatan menulis dilakukan pada hari Senin, maka siswa harus mengingat kegiatan pada hari Minggu, begitu seterusnya).
  3. Siswa kemudian menuliskan kegiatan yang dilakukannya tersebut (berolah raga, ke rumah nenek, berkebun, pergi ke kota, dsb). Guru mengingatkan siswa untuk menulis dengan mencantumkan apa yang dilakukan; siapa yang terlibat, kapan dilakukan, bagaimana kegiatan dilakukan, bagaimana perasaan mereka saat berkegiatan, dimana mereka melakukan kegiatan.
  4. Setelah kegiatan menulis selesai, guru bisa meminta setiap siswa untuk membacakan tulisannya kepada teman kelompoknya.
  5. Pada kesempatan ini siswa lain diminta menanggapi pemilihan kosa kata, tanda baca.
  6. Tulisan siswa dikumpulkan oleh guru.
Kegiatan berbahasa lisan (15 menit)
  1. Guru meminta seorang siswa untuk mengambil salah satu benda yang dibawanya dari rumah dan mendeskripsikannya di depan temantemannya.
  2. Siswa lain diminta untuk menyimak serta diberi kesempatan untuk bertanya.
  3. Kegiatan seorang siswa untuk berbicara dan menjawab pertanyaan hanya 3 menit saja.
  4. Guru kemudian meminta siswa lain untuk maju ke depan dan melakukan hal yang sama. Guru melakukan hal yang sama untuk siswa ketiga.
  5. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa bahwa setiap hari mereka akan melakukan hal yang sama. Setiap hari aka nada tiga orang yang maju ke depan kelas untuk mendeskripsikan benda.
Membaca Pemahaman (30 menit)
  1. Ambil satu teks dari Aku Cinta Membaca
  2. Mintalah siswa untuk membaca senyap (membaca dalam hati) selama 5 menit.
  3. Pada kesempatan ini guru juga membaca teks yang sama. Guru berkeliling untuk memastikan semua berpartisipasi aktif.
  4. Guru meminta siswa untuk menuliskan pendapatnya tentang teks yang dibacanya. Pendapat harus mengacu kepada topik bacaan, tokoh, penulisan.
  5. Tulisan siswa kemudian dikumpulkan.
Menulis Kegiatan (30 menit)
  1. Kegiatan menulis bisa dilakukan di kertas HVS yang dibagikan oleh guru.
  2. Siswa diajak mengingat satu kegiatan yang dilakukan dihari sebelumnya (apabila kegiatan menulis dilakukan pada hari Senin, maka siswa harus mengingat kegiatan pada hari Minggu, begitu seterusnya).
  3. Siswa kemudian menuliskan kegiatan yang dilakukannya tersebut (berolahraga, ke rumah nenek, berkebun, pergi ke kota, dsb). Guru mengingatkan siswa untuk menulis dengan mencantumkan apa yang dilakukan; siapa yang terlibat, kapan dilakukan, bagaimana kegiatan dilakukan, bagaimana perasaan mereka saat berkegiatan, dimana mereka melakukan kegiatan.
  4. Setelah kegiatan menulis selesai, guru bisa meminta setiap siswa untuk membacakan tulisannya kepada teman kelompoknya.
Kegiatan berbahasa lisan (15 menit)
  1. Guru meminta seorang siswa untuk mengambil salah satu benda yang dibawanya dari rumah dan mendeskripsikannya di depan temantemannya.
  2. Siswa lain diminta untuk menyimak serta diberi kesempatan untuk bertanya.
  3. Kegiatan seorang siswa untuk berbicara dan menjawab pertanyaan hanya 3 menit saja.
  4. Guru kemudian meminta siswa lain untuk maju ke depan dan melakukan hal yang sama. Guru melakukan hal yang sama untuk siswa ke tiga.
  5. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa bahwa setiap hari mereka akan melakukan hal yang sama. Setiap hari aka nada tiga orang yang maju ke depan kelas untuk mendeskripsikan benda.
Membaca Pemahaman (30 menit)
  1. Ambil satu teks dari Aku Cinta Membaca
  2. Mintalah siswa untuk membaca senyap (membaca dalam hati) selama 5 menit.
  3. Pada kesempatan ini guru juga membaca teks yang sama.
  4. Guru meminta siswa untuk memilih tokoh yang ada di dalam teks dan membuat cerita baru.
  5. Tulisan dikumpulkan.

Menulis Kegiatan (30 menit)
  1. Kegiatan menulis bisa dilakukan di kertas HVS yang dibagikan oleh guru.
  2. Siswa diajak mengingat satu kegiatan yang dilakukan di hari sebelumnya (apabila kegiatan menulis dilakukan pada hari Senin, maka siswa harus mengingat kegiatan pada hari Minggu, begitu seterusnya).
  3. Siswa kemudian menuliskan kegiatan yang dilakukannya tersebut (berolah raga, ke rumah nenek, berkebun, pergi ke kota, dsb). Guru mengingatkan siswa untuk menulis dengan mencantumkan apa yang dilakukan; siapa yang terlibat, kapan dilakukan, bagaimana kegiatan dilakukan, bagaimana perasaan mereka saat berkegiatan, dimana mereka melakukan kegiatan.
  4. Setelah kegiatan menulis selesai, guru bisa meminta setiap siswa untuk membacakan tulisannya kepada teman kelompoknya.
Merancang Pameran Literasi
Bersama siswa, guru mengumpulkan tulisan siswa dan merencanakan untuk mengadakan pameran. Produk yang dapat dipamerkan adalah
- hasil tulisan siswa setelah membaca
- hasil tulisan siswa tentang kegiatan di hari sebelumnya

Guru mengundang adik kelas untuk datang ke pameran literasi. Saat pameran, selain memajangkan hasil karya tulisan, siswa juga bisa membacakan teks Aku Cinta Membaca kepada adik kelas.

Pameran literasi bisa dilaksanakan di luar kelas dengan mengatur meja untuk memamerkan karya tulisan siswa dan bahan bacaan. Kegiatan membaca bisa dilakukan di meja, di bawah pohon atau di tempat lain yang memungkinkan. Namun diusahakan seluruh kegiatan harus berada di area pameran.

Kegiatan pameran dilaksanakan sejak pagi hari. Waktu bisa disesuaikan dengan kondisi. Adik kelas yang akan berkunjung bisa disesuaikan waktunya dengan jam istirahat mereka. Apabila memungkinkan, guru juga bisa mengundang Kepala Sekolah, guru lain dan Komite Sekolah atau orang tua.

Refleksi
Refleksi dilakukan bersama untuk membicarakan
  1. Kegiatan literasi yang manakah yang paling menarik yang harus ditingkatkan
  2. Kegiatan saat pameran: apa yang harus diperhatikan agar kegiatan bisa lebih baik lagi.
Uniknya Gendang Beleq
Seperti biasa ketika libur kenaikan kelas, Dayu dan adik-adiknya berlibur ke rumah nenek di Bali. Dayu selalu senang pulang ke Bali. Banyak hal di Bali yang tidak ditemuinya di Jakarta. Tetapi, liburan ini istimewa. Bli Oka, pamannya, mengajak Dayu dan adik-adik menyeberang ke pulau Lombok. Wah, senangnya Dayu.

Dari cerita sepupu-sepupunya di Bali, Lombok adalah pulau yang indah, sama indahnya dengan Bali. Lombok juga dikelilingi oleh pantai yang indah, tetapi saat ini wisatawan yang datang ke Lombok belum seramai wisatawan di Bali. Dayu ingin tahu, apa ya yang berbeda dari Lombok?

Ternyata Bli Oka memahami rasa ingin tahu Dayu. Tiba di Lombok, diajaknya Dayu ke pemukiman suku Sasak, salah satu suku asli di Pulau Lombok. Kebetulan, teman Bli Oka yang bernama Bli Lalu, adalah salah satu penghuni pemukiman tersebut. Bli Lalu memberi tahu bahwa hari itu ada upacara pernikahan di pemukiman tersebut.

Dayu, adik-adiknya, dan Bli Oka datang tepat ketika upacara akan dimulai. Sama seperti upacara pernikahan di Bali. Hari itu, kampung Sasak penuh dengan hiasan adat. Semua orang berpakaian adat khas Sasak. Tetapi, satu hal yang menarik perhatian Dayu adalah pertunjukan musik adatnya. Serombongan laki-laki membawa gendang besar. Besar sekali! Kata teman

Bli Oka, namanya Gendang Beleq. "Beleq" berarti besar. Wah, sesuai dengan namanya. Selain gendang, ada pula alat-alat musik lain yang menjadi pelengkap pertunjukan musik itu. Ada gong, terumpang, oncer, seruling, dan pencek. Menurut cerita Bli Lalu, dulu musik Gendang Beleq ini dimainkan ketika berperang, untuk memberi semangat pada prajurit. Sampai sekarang, beberapa atribut adat dalam memainkan musik ini tidak ditinggalkan. Pemusik harus menggunakan sapo (ikat kepala), bebet (kain pelapis pinggang), dan dodot (ikat pinggang) yang bercorak batik.

Dayu dan adik-adik senang sekali melihat pertunjukan musik Gendang Beleq. Dung-dung-dung-tang-tang-crek...ramai, seru, dan membangkitkan semangat! Tidak jauh dari Bali, pulau Lombok sudah memberikan wawasan kesenian yang berbeda. Tentu pulau-pulau lain memiliki kesenian yang unik juga. Indonesia memang kaya!

Sajian Berbeda dari Timur Indonesia
Hari Minggu siang ini Udin, Dayu, dan Siti diundang Edo untuk berkumpul di rumahnya. Secara rutin Edo dan keluarga besar dari pihak ibunya berkumpul. Tempat berkumpul diatur bergantian. Hari ini giliran rumah Edo yang menjadi tempat kumpul saudara.

Edo memang sengaja mengundang teman-teman dekatnya itu. Ia ingin memperkenalkan aneka masakan khas Maluku, daerah asalnya keluarganya. Ketika kumpul keluarga, selalu makanan Maluku yang dihidangkan. Memang sengaja, supaya tradisi makanan keluarga besar tetap terjaga.

Di meja makan tersedia beragam makanan. Edo menunjukkan deret makanan ke teman-temannya singkong rebus, ubi rebus, pisang rebus, nasi jaha, ikan cakalang, gohu dan sambal colo-colo. Ternyata, masyarakat Maluku jarang makan lauk dengan nasi. Sumber karbohidrat bagi mereka biasanya sagu, singkong, ubi, pisang rebus, atau nasi jaha . Nasi jaha adalah ketan atau beras yang dimasak dengan santan, dibungkus daun kelapa, dan dimasak dalam bambu. Lauknya adalah ikan cakalang bakar dan sambal colo-colo. Sambal colo-colo terbuat dari potongan cabai, tomat, bawang merah, serta ditaburi garam dan perasan jeruk nipis. Ada pula gohu, yaitu campuran sayur dengan parutan kelapa dan dibubuhi perasan lemon cui. Mirip dengan sayur urap di Jawa.

Wah, hari itu Udin dan teman-teman terkesan dengan sajian berbeda dari Maluku, pulau rempah di bagian Timur Indonesia. Lagi-lagi mereka merasakan bukti bahwa Indonesia memang kaya.

Indahnya Negeriku
Siapa yang tidak mengenal pulau Bali? Pulau yang diberi julukan Pulau Dewata, karena mencerminkan indahnya tempat tinggal para dewa dan dewi. Pulau Bali terkenal hingga ke mancanegara karena pantai-pantainya yang indah nan menawan. Namun, apakah hanya pantai di Pulau Bali yang mampu memikat hati. Apakah kamu pernah melihat ribuan pantai di kepulauan Indonesia lain?

Ternyata, Pulau Bali bukan satu-satunya pulau yang memiliki pantai-pantai memikat hati. Ketika liburan sekolah yang lalu, aku pergi berlibur dengan keluargaku ke Pulau Belitung. Pulau ini terletak di sebelah Timur Pulau Sumatera, tidak jauh dari pulau tetangganya, Pulau Bangka.

Dahulu, pulau ini terkenal dengan kekayaan mineral timah dan kaolin. Sekarang eksploitasi atas kekayaan mineral tersebut menyisakan danau bekas galian, Danau Kaolin. Walaupun seungguhnya danau ini merupakan bukti sisa eksploitasi yang tak terurus, warna biru toska yang jernih menjadikan danau tersebut sebagai salah satu obyek wisata di Pulau Belitung.

Ketika di sana, aku dan keluargaku sempat berwisata ke berbagai pantai. Tentu saja pertama-tama kami mengunjungi Pantai Tanjung Tinggi. Pasir putih serta batu granit hitam yang memikat berjajar mengelilingi pantai. Pantas saja, film terkenal, Laskar Pelangi, memilih tempat ini sebagai salah satu lokasi pengambilan gambarnya. Aku dan keluargaku juga berwisata dengan perahu untuk menyusuri pulau-pulau dengan ragam indah yang berbeda. Ada Pulau Pasir, sebuah pulau kecil yang dipenuhi dengan puluhan bintang laut. Ada juga Pulau Lengkuas yang memiliki sebuah mercu suar setinggi 50 meter di tengah pulau. Mercu suar ini dibangun pada tahun 1882.

Dari jendela di sekeliling mercu suar, wisatawan mengabadikan keindahan laut dan pantai sekeliling pulau. Pokoknya, hampir semua pulau kecil yang kami singgahi memberikan pemandangan biru laut yang tak terlupakan. Kami pun sempat melihat keindahan ragam penghuni lautan ketika melakukan snorkeling di tengah laut. Tak tergambarkan indahnya makhluk penghuni laut yang beraneka bentuk dan warna.

Sesungguhnya, aku belum menjelajah ke seluruh pelosok Belitung. Tetapi, dari perjalanan liburanku ke sana aku sudah melihat indahnya panorama alam Belitung. Aku semakin terpesona. Betapa indah negeriku.

Si Hijau dari Sumatera Selatan
Hari ini di alun-alun kabupaten diadakan Pesta Budaya. Aku dan temanteman senang sekali. Kami tidak pernah melewatkan kesempatan untuk hadir di Pesta Budaya. Pesta Budaya selalu diadakan setiap tahun menjelang perayaan kemerdekaan Indonesia.

Berbeda dengan daerah lain yang merayakannya dengan berbagai lomba, sejak beberapa tahun lalu di daerahku selalu dimulai dengan Pesta Budaya. Tujuan diadakan acara ini adalah memperkenalkan budaya dari berbagai penjuru di Indonesia. Tiap anjungan budaya dikelola oleh orang-orang yang memang berasal dari daerah yang ditampilkannya. Di tiap anjungan akan ada informasi wilayah, pameran budaya, pameran karya seni, penampilan seni, dan tentu saja dijual juga makanan khas dari daerahnya. Nah,... makanan enak! Itulah yang membuat aku dan teman-teman selalu hadir di Pesta Budaya.

Sejak pagi tadi, aku dan teman-teman sudah hadir di alun-alun. Setelah menyaksikan upacara pembukaan yang menampilkan parade dari berbagai daerah, kami mulai berkeliling dari satu anjungan ke anjungan lain. Tepat sekali waktunya. Perutku mulai bereaksi, sepertinya ingin diisi makanan.

Ketika tiba di anjungan Sumatera Selatan, aku tertarik melihat deretan kue berwarna hijau bertabur kelapa. Menarik sekali warnanya! Selama ini, aku baru mengenal mpek-mpek dan tekwan sebagai makanan khas dari Sumatera Selatan. Aku baru pertama kali melihat kue hijau tersebut. Ibu penjual menjelaskan bahwa kue tersebut adalah kue lumpang. Bentuknya memang bulat berlubang seperti lumpang, wadah untuk menumbuk padi.

Kue lumpang terbuat dari campuran tepung beras, santan, gula pasir, serta garam. Warna hijaunya berasal dari pewarna alami yaitu campuran air daun suji dan daun pandan. Pantas saja warnanya hijau cerah alami dan aromanya wangi memikat. Tak cukup bagiku makan satu kue lumpang. Aku makan tiga buah! Hmmm..rasanya manis bercampur gurih dari taburan kelapa.

Berkali-kali aku datang ke Pesta Budaya, selalu saja aku menemukan makanan khas dari berbagai pulau yang memikat mata dan memuaskan lidah. Warisan kuliner dari berbagai penjuru Indonesia merupakan salah satu bukti keragaman budaya. Aku dan teman-teman saja selalu terpikat oleh kekayaan kuliner Indonesia, apalagi wisatawan dari mancanegara. Indonesia memang kaya!

Pantang Menyerah Bermain Egrang
Seperti tahun-tahun sebelumnya, hari ini diadakan kumpul keluarga di sekolah setelah upacara menyambut kemerdekaan Indonesia. Semua siswa dan keluarga kelas 4, 5, dan 6 ikut dalam upacara penurunan bendera. Nah, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tema kumpul keluarga tahun ini adalah “Mengenal Permainan Rakyat Indonesia”.

Berbagai permainan diperkenalkan di berbagai penjuru halaman sekolah. Ada permainan yang menggunakan alat, ada pula permainan yang hanya membutuhkan kerja sama beberapa pemain. Ada pojok permainan rangku alu, egrang, congklak, cublak-cublak suweng, bakiak kayu, bakiak batok kelapa, becak-becakan, petak jongkok, benteng, galasin, dan masih banyak lagi permainan lain. Wah, tidak hanya siswa yang ingin mencoba, orang tua pun terlihat bersemangat.

Aku ingin mencoba bermain egrang. Permainan ini menggunakan dua bilah bambu yang diberi pijakan. Pemain harus menjaga keseimbangan agar bisa menjalankan bambu yang dipijaknya. Menurut penjelasan di pojok permainan egrang, permainan ini dijumpai di banyak daerah di Indonesia, walaupun dengan nama yang berbeda-beda. Tengkak-tengkak di Sumatera Selatan, Jangkungan di Jawa Tengah, Batungkau di Kalimantan Selatan, Ingkau di Bengkulu, atau Egrang di Lampung.

Aku sudah lama ingin mencoba bermain egrang. Dulu, aku belum berani karena rasanya terlalu tinggi. Tetapi, aku sekarang sudah kelas 4, mudahmudahan aku bisa. Ayah membantu memegang bilah bambu ketika aku naik di pijakan. Ibu pun bersiap di belakangku. Ia terlihat lebih cemas dari ayah.

Begitulah ibu, selalu khawatir aku jatuh dan terluka. Setelah aku merasa cukup tenang berdiri di atas bambu, aku mencoba melangkahkan kaki kananku. Wah..bambu bergoyang-goyang tidak seimbang. Aku terhuyung,.. hampir jatuh. Hup..ayah sigap menangkapku. Aku tidak menyerah. Aku naik lagi di atas pijakan. Aku langkahkan kaki kanan, kemudian kiri, kemudian kanan. Ayah mulai berani melepaskan pegangannya. Wah..ketika mulai yakin dan percaya diri aku pun terhuyung lagi. Kali ini aku benar-benar jatuh, tertimpa pula dengan bambu!

Terdengar teriak kecil ibu. Aku pun segera bangkit untuk menenangkan hati ibu. Walaupun lututku sakit, aku tidak ingin menangis. Aku ingin mencoba lagi. Ibu khawatir, tetapi ibu selalu memberiku semangat. Ibu selalu begitu. Menjadi pendamping di setiap perjalanan belajarku dengan doanya. Ayah pun demikian. Ia membantuku bangkit dan naik lagi di pijakan egrang. Satu..dua..tiga..empat.. lima langkah! Aku semakin mahir bermain egrang.

Ternyata tidak mudah bermain egrang. Butuh usaha, percaya diri, semangat dan pantang menyerah. Bagiku, belajar bermain egrang terasa lebih mudah ketika ada ayah yang mendampingi dengan pegangan tangan dan ada ibu yang memberi semangat dengan usap sayang dan doanya.

Menabung untuk Hemat Energi
Sekolah Bindi cukup jauh dari rumah. Setiap pagi Bindi berangkat sebelum matahari terbit. Ia harus berjalan sekitar 50 km. Ia menempuh waktu satu jam berjalan kaki hingga sampai di sekolah. Oleh karena itu, Bindi memilih untuk berangkat dini hari. Agar ia bisa menikmati udara segar dipagi hari,
dan juga agar terik matahari tidak membuatnya cepat lelah. Bindi hampir selalu menjadi siswa yang paling pagi tiba di sekolah.

Rumah teman-teman Bindi banyak yang lebih dekat dari sekolah. Ada juga yang lebih jauh, namun biasanya teman-temannya diantar oleh ayahnya naik motor. Saat ini, Bindi rajin menyisihkan uang jajannya untuk ditabung. Ia ingin membeli sepeda. Jika naik sepeda, mungkin Bindi dapat menempuh waktu 30 menit sampai di sekolah. Oleh karena itu, Bindi lebih sering membawa bekal dari rumah. Hanya kadang-kadang, ketika air minumnya habis, ia harus membeli lagi di warung dalam perjalanannya pulang ke rumah.

Sebenarnya ayah selalu menawarkan untuk mengantarkan Bindi ke sekolah dengan sepeda motornya. Ayah bisa saja berangkat ke kantor lebih pagi untuk mengantarkan Bindi dahulu. Bindi menolak. Ia ingat, bahwa kendaraan bermesin, termasuk motor membutuhkan bahan bakar. Bindi sudah belajar di sekolah mengenai gerakan hemat energi. Ada saatnya nanti bahan bakar akan semakin langka, karena pemakaian manusia yang tidak bijak.

Pemakaian bahan bakar yang berlebihan akan mempercepat kelangkaannya. Bindi ingin dapat berperan untuk menghemat energi. Walaupun masih kelas 4 SD Bindi yakin, perannya juga memiliki pengaruh bagi lingkungannya. Selain menghemat energi, berjalan kaki atau naik sepeda merupakan peran Bindi untuk tidak menambah polusi udara dari asap kendaraan. Wah, mulia sekali ya usaha Bindi. Ia menabung bukan untuk membeli mainan, sepatu baru, atau tas baru. Ia menabung untuk bisa berperan dalam menghemat energi! Ayah dan ibu Bindi bangga dengan niat Bindi. Mereka dengan senang hati mendukung Bindi untuk mewujudkan keinginannya. Semoga Bindi semakin sehat dengan perjalanannya ke sekolah, semoga Bindi dapat mewujudkan keinginannya berbuat hal kecil bagi bumi.

Kampung Naga, Hidup Nyaman Tanpa Listrik
Kampung Naga adalah sebuah kampung di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Kampung ini terletak di lembah, sehingga untuk sampai di sana kamu perlu turun melewati ratusan anak tangga. Letaknya yang tersembunyi membuat kampung ini dapat mempertahankan nilai-nilai kearifan yang dianggapnya perlu dilestarikan.

Masyarakat disana masih memegang teguh adat tradisi yang diturunkan oleh pendahulu mereka. Mereka juga menolak campur tangan dari luar kampung terhadap kebijakan yang mereka jalani. Satu hal yang unik, mereka masih bertahan hidup tanpa listrik. Bukan karena listrik tidak dapat masuk ke
kampung terpencil ini, tetapi justru karena penghuni kampung menolaknya.

Mungkin kamu berpikir bahwa tanpa listrik warga Kampung Naga hidup sengsara. Ternyata tidak! Mereka hidup seperti biasa, tetap nyaman. Anak- anak pun belajar di sekolah seperti teman-teman dari kampung yang lain. Bagaimana dengan di rumah? Mereka tetap bisa mengerjakan tugastugas sekolah. Segera setelah pulang sekolah, sebelum matahari terbenam mereka menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Sesekali ketika dibutuhkan, mereka menggunakan lampu minyak sebagai penerangan ketika belajar.

Tanpa listrik, warga Kampung Naga justru seakan sangat menghargai terang matahari. Dini hari, warga sudah bangun untuk bersiap-siap melakukan kegiatannya. Ketika matahari mulai terbit, semua sudah siap menjalankan peran masing-masing. Ayah ke sawah, ibu menyiapkan masakan, anakanak ke sekolah. Sore hari, menjelang matahari terbenam keluarga sudah berkumpul di rumah, berbincang sejenak menceritakan kegiatan masingmasing.

Kudapan sore buatan ibu menjadi teman bercerita dalam keluarga. Ketika matahari terbenam, pintu-pintu rumah sudah tertutup rapat. Sambil menikmati hidangan makan malam, mereka melanjutkan bercerita, hingga tiba waktu beristirahat. Cerita keluarga berlangsung seru, tanpa gangguan acara televisi. Hanya terang bulan dan cahaya kunang-kunang yang membantu warga menikmati indahnya malam.

Tanpa listrik, udara malam di sana terasa sejuk, suasana pun tenang. Ketika di kota-kota besar, mobil, bus, dan motor masih antri di jalan, para pekerja masih menghabiskan tenaga dan bahan bakar kendaraan di keramaian malam, warga Kampung Naga sudah tidur terlelap. Mereka mensyukuri terang matahari sebagai waktu untuk bekerja keras, mensyukuri malam sebagai waktu untuk beristirahat, serta menghargai bumi tanpa energi berlebih yang perlu dihabiskan. Di Kampung Naga, tanpa listrik warga tetap bisa hidup dengan nyaman.

Hijau Pohon, Sejukkan Bumi
Ketika libur tiba, aku sering menghabiskan liburan di rumah kakek. Kakek tinggal di desa, di kaki gunung. Aku senang tinggal di sana. Udara di sana terasa sejuk, air sejuk yang berlimpah, sungai jernih mengalir di belakang rumah kakek, dan hijau pohon mengelilingi rumah kakek.

Rumah kakek tidak terlalu besar, namun kebun kakek sangat luas. Kakek memiliki berbagai pohon buah di halamannya. Ada pohon rambutan, mangga, kelengkeng, sawo, delima, dan masih banyak lagi. Kakek menanam pohon- pohon itu sendiri. Aku senang, karena ketika di sana aku akan mencicipi berbagai buah dari kebun kakek, yang jarang aku temui di sekitar rumahku. Namun aku heran, setiap aku berkunjung ke sana, aku masih melihat kakek sibuk bertanam di sore hari. Ketika aku tanya, mengapa kakek masih terus menanam, sementara buah dari pohon di kebunnya pun tidak habis dimakan. Kakek pun menjelaskan panjang lebar, sepanjang sore, sepanjang malam.

Kata kakek, jangan pernah berhenti menanam pohon. Pohon yang kamu tanam sekarang, mungkin tidak akan kamu nikmati hasilnya sekarang. Pohon yang kamu tanam sekarang, mungkin baru puluhan tahun nanti akan berbuah. Tetapi, pohon yang kamu tanam sekarang akan memberi manfaat bagi anak dan cucu. Pohon yang kamu tanam, sebelum berbuah sudah memberi sejuk bagi lingkungan. Pohon yang kamu tanam, sebelum berbuah sudah memberi sumbangan oksigen bagi lingkungan. Pohon yang kamu tanam, sebelum berbuah sudah membantu menyimpan air di tanah.

Panjang sekali penjelasan kakek, dari pohon ditanam, hingga manfaat dari buah di pohonnya. Jika semua orang berpikir seperti kakek, aku yakin bumi kita tidak akan gersang. Jika semua orang berpikir seperti kakek, aku yakin bumi kita akan tetap sejuk. Jika semua orang bertindak seperti kakek, aku yakin air sejuk akan tetap berlimpah. Jika semua orang bertindak seperti kakek, aku yakin pemanasan global dapat selalu ditunda.

Hemat Air, Cara Mudah Menyelamatkan Bumi
Pulang sekolah, Aini selalu menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak. Sambil minum segelas air putih dan makan kudapan yang kadang-kadang disiapkan ibu, Aini menghilangkan lelah sambil menunggu keringat di tubuhnya menguap. Kadang-kadang Aini juga membaca buku atau surat kabar sambil beristirahat di teras depan.

Setelah beristirahat, Aini biasanya langsung mandi. Ia ingin segera menyegarkan badan dari keringat setelah berjalan dari sekolah. Setelah mandi dan segar, ibu akan mengijinkan Aini bermain sebentar di luar , atau bermain di rumah Dara, tetangganya. Hari itu panas sekali. Dibukanya keran air hingga air deras mengalir ke bak mandi. Aini mengguyurkan air ke badan berulang kali. Rasanya, tiga kali mengguyur air ke sekujur tubuh, tidak cukup untuk mengusir panas hari itu. Selesai mandi Aini bergegas ke rumah Dara. Hari itu, mereka berjanji untuk bersama-sama membuat boneka tangan dari kaus kaki.

Pulang dari kantor, ayah pun ingin mandi untuk menyegarkan badan. Betapa kagetnya ayah, ketika melihat air di bak mandi meluap terbuang ke lantai kamar mandi. Ternyata, Aini lupa menutup keran air. Air masih mengalir deras, entah sudah beberapa jam. Pantas saja lantai kamar mandi sedikit tergenang oleh limpahan air dari bak mandi. Ayah menggelengkan kepala. Bukan sekali ini Aini lupa menutup keran air. Tidak bisa dibiarkan kelalaian Aini ini.

Menjelang matahari terbenam, Aini kembali dari rumah Dara. Ayah sudah menunggunya di teras depan. Ayah mengajak Aini duduk di sebelahnya untuk berbincang tentang kelalaiannya. Ayah mengingatkan, air yang terbuang karena lupa menutup keran merupakan sebuah kesia-siaan. Perlu diingat betapa panjang siklus air, dari penguapan hingga kembali ke tanah.

Perlu juga diingat ketika musim kemarau panjang, ketika air tanah sulit didapat. Aini pun perlu mengingat bahwa ada teman sebayanya yang tinggal di daerah yang gersang, sulit mendapatkan air sekedar untuk membasahi muka. Persediaan air di Bumi tidak cukup untuk semua orang. Bahkan sepertiga penduduk dunia mengalami kesulitan air. Pemanasan global membuat kekeringan semakin panjang. Hujan berkurang, air semakin lama sampai kembali ke tanah.

Menghemat air merupakan salah satu bentuk kepedulian terhadap Bumi. Mematikan keran air ketika tidak diperlukan merupakan cara mudah untuk menghemat air. Ketika kita sudah melakukan hal yang mudah demi Bumi, pasti kita dapat melakukan hal yang lebih untuk menyelamatkan Bumi. Aini mengangguk pelan. Ia bukan tidak tahu, hanya ia masih sering lupa. Aini harus terus mengingat, hemat air merupakan cara mudah untuk menyelamatkan Bumi.

Hemat dan Sehat
Jalu jarang membawa bekal makanan dari rumah. Ia memilih untuk jajan di kantin sekolah. Ayah dan ibu memberikan Jalu uang jajan yang harus diatur pemakaiannya selama seminggu. Jika bersisa bisa ditabung untuk membeli buku yang Jalu suka pada akhir bulan.

Hari ini, ibu penjaja di kantin sekolah menyediakan menu nasi uduk dan sayur tumis buncis. Jalu suka sekali nasi uduk. Ibu juga sering memasak nasi uduk komplit di akhir minggu. Namun tumis buncis....hiiih...Jalu tidak suka! Jalu memang kurang suka makan sayur. Ia hanya memilih makan beberapa jenis sayur seperti sayur bayam atau sop wortel. Jalu makan sambil berbincang dengan Giring, sahabatnya. Ia menikmati nasi uduk sesuap demi sesuap. Tumis buncis tetap tidak tersentuh di piringnya. Sementara Giring makan semua lauk di piringnya dengan lahap. Ia melirik piring Jalu
sekilas, dalam hati ia heran melihat tumis buncis Jalu tidak terusik di pinggir piringnya.

Waktu makan siang telah usai. Bergegas Jalu dan Giring menghabiskan makanannya. Mereka harus membuang sisa makanan di tempat sampah sebelum menumpukkan piring di ember penampung. Ketika Jalu akan membuang sisa makanannya, Giring menahan piring Jalu. Ia mengingatkan Jalu untuk menghabiskan sayur yang masih utuh di pinggir piringnya. Kata Giring, ia tidak bisa membiarkan Jalu membuang makanan. Ia ingat selalu pesan ibunya. Makanan di mana pun, di rumah, di kantin, di warung, atau di restoran sekali pun dimasak dengan berbagai bahan. Proses memasak juga membutuhkan bahan bakar. Jadi, ketika kita tidak menghabiskan makanan, banyak bahan yang sia-sia terbuang dan kita juga tidak menggunakan bahan bakar dengan bijak. Jika kita tidak menghabiskan makanan berarti kita tidak ikut melakukan penghematan!

Wah, panjang sekali nasihat Giring. Jalu termenung. Pantas saja Giring tidak pernah terlihat membiarkan makanan masih bersisa di piringnya. Ternyata sahabatnya itu sangat bijak. Jalu berpikir, jika Giring bisa ikut serta dalam gerakan berhemat, ia juga harus bisa. Perlahan Jalu berusaha menghabiskan sayur tumis buncis di piringnya. Hmm..ternyata rasanya lumayan enak juga. Ia hanya perlu membiasakan diri untuk mencoba berbagai jenis sayur. Jalu berniat, mulai hari ini ia harus ikut serta dalam gerakan berhemat. Bukan saja menghemat uang jajan, tetapi juga menghabiskan semua makanan yang sudah tersedia di piringnya. Selain hemat tentu juga sehat!

Biarkan Si Cuwit Terbang Bebas!
Ketika liburan di rumah nenek, Cica selalu menyempatkan berjalan pagi di sekitar rumah. Udara pagi yang sejuk di kaki gunung tidak dirasakannya ketika ada di rumahnya, di Jakarta. Oleh karenanya, Cica tidak mau melewatkan kesempatan berharga tersebut. Ia selalu bangun sebelum matahari terbit. Kadang-kadang, kakek menemani Cica berjalan pagi. Tetapi hari ini kakek harus mengantar telur ayam ke pasar sehingga tidak bisa menemaninya.

Cica berjalan di antara rimbun pohon dan wangi bunga di pagi hari. Semalam hujan cukup deras, sehingga wangi daun dan tanah basah terasa sangat segar di pagi ini. Sesekali Cica berhenti memungut daun atau bunga jatuh yang bentuknya menarik. Ia suka menyimpan daun dan bunga di dalam tumpukan buku tebal. Setelah kering nanti Cica menjadikannya pembatas halaman buku yang unik. Tiba-tiba dilihatnya seekor burung kecil mencicit di bawah pohon pinus. Mengapa ia ada di sini? Oh, kelihatannya burung itu sakit. Ia tidak bisa terbang. Sayapnya luka! Perlahan Cica mengambil burung itu dengan kedua tangannya. Ia segera pulang ke rumah nenek. Ia berjalan hati hati. Ia takut menyakiti si burung kecil.

Sampai di rumah Cica memanggil nenek. Ia menceritakan temuannya. Nenek mengajarkan Cica untuk membuat susunan ranting dan daun kering di teras belakang rumah. Mudah-mudahan burung kecil betah tinggal di atas ranting seperti di sarangnya. Cica memberinya nama Si Cuwit. Seharian Cica sibuk mengurus Si Cuwit. Diberinya Cuwit minum, dicarikannya makanan untuk si Cuwit. Senang sekali hati Cica melihat Cuwit mau makan biji-bijian dan ulat yang dicarinya. Cica juga merawat luka di sayap Cuwit dengan hati-hati. Ia tidak ingin merusak sayap Cuwit.

Sejak hari itu Cica seperti punya teman baru. Pagi-pagi dibawanya si Cuwit dalam keranjang kecil, berjalan-jalan menikmati udara pagi. Di rumah, hariharinya pun sibuk dengan mengurus si Cuwit. Hari demi hari, kondisi Cuwit semakin baik. Ia mulai bisa menggerakkan sayapnya. Cica senang, namun juga berdebar. Sebentar lagi liburan usai, Cica akan pulang ke Jakarta. Ingin rasanya ia membeli sangkar untuk si Cuwit, ia takut si Cuwit akan pergi.

Cica takut tidak berjumpa lagi dengan si Cuwit, burung kesayangannya. Tetapi nenek mengingatkan. Rumah burung bukan di dalam sangkar. Rumah burung seharusnya di antara dahan pohon, di alam bebas. Di dalam sangkar Cica memang akan bertemu si Cuwit setiap hari. Namun mungkin si Cuwit tidak bahagia. Mungkin si Cuwit menjadi tidak sehat. Apa gunanya sayap yang bisa digerakkan bebas, jika si Cuwit tidak bisa terbang bebas di antara pohon- pohon yang tinggi?

Cica merenung. Nenek benar. Si Cuwit harus dikembalikan ke alamnya. Esok paginya Cica membawa si Cuwit ke tempat ia menemukannya minggu lalu. Diletakkannya si Cuwit di antara dahan pohon. Ia berbisik pelan. “Selamat menikmati alam bebas, Cuwit. Semoga kita bertemu lagi di sini ketika liburan mendatang, ya.” Cica pulang ke rumah nenek dengan hati lega. Ia senang. Ia telah mengembalikan kebebasan si Cuwit!

Bunga Cantik di Taman Kota
Di akhir tahun ajaran, siswa kelas empat selalu mengadakan piknik bersama di taman dekat sekolah. Anak-anak selalu bersemangat menyambut piknik bersama. Begitu pun Tara dan teman-teman sekelasnya. Kemarin, mereka sudah membagi jenis makanan dan minuman untuk dibawa oleh tiap anak. Makanan apa pun terasa nikmat ketika disantap bersama-sama di alam terbuka.

Sungguh beruntung, di dekat sekolah memang ada taman kota yang cukup luas. Berbagai bunga ada di sana. Aneka rupa, aneka warna, semerbak pula wanginya. Oleh karenanya selalu tampak kupu-kupu beraneka warna yang hinggap dari satu mahkota bunga ke mahkota bunga yang lain. Siapa yang tidak senang piknik di antara bunga dan kupu-kupu?

Usai menikmati makanan, Lasti, Kira dan Tara berjalan-jalan ke ujung Utara taman kota. Sambil berbincang-bincang mereka menikmati indahnya aneka bunga di sudut taman itu. Tiba-tiba mereka melihat sekelompok anak perempuan, kira-kira seusia dengan mereka. Kelompok anak tersebut terlihat bercanda-canda sambil berjalan ke arah rumpun bunga bermahkota ungu. Lalu, salah seorang dari mereka memetik sekuntum bunga ungu, mencium wanginya, lalu membuangnya ke tanah! Kemudian mereka melanjutkan berjalan ke rumpun bunga lain, memetik sekuntum, mencium wanginya, lalu membuangnya lagi ke tanah. Mereka terus melakukannya bergantian dari satu rumpun ke rumpun lain. Wah, tidak bisa dibiarkan. Lasti,

Kira, dan Tara sepakat untuk menegur anak-anak perempuan itu. Setelah mengajak berkenalan, Tara memberanikan diri untuk menegur dengan halus. Ia mengingatkan, bunga yang cantik perlu dibiarkan untuk terus hidup di tempatnya. Boleh dinikmati rupanya, silakan dinikmati wanginya, namun tidak perlu dipetik jika tidak dibutuhkan. Apalagi lalu dibuang! Kasihan sekali! Bunga itu akan kehilangan kesempatan untuk terus berkembang biak. Bunga itu kehilangan kesempatan untuk membentuk
rumpun bunga yang semakin lebat. Bukankah wanginya tetap bisa dinikmati tanpa perlu dipetik?

Bukankah akan selalu indah bila bunga tetap di tangkainya? Kira dan Lasti juga sesekali menambahkan. Teguran yang serius namun tetap bersahabat.

Kelompok anak perempuan itu tidak membantah. Mereka memang tidak berniat jahat. Mereka hanya tidak berpikir panjang. Mereka baru sadar bahwa apa yang mereka lakukan akan mengancam kelangsungan hidup bunga- bunga cantik di taman kota. Bunga-bunga cantik akan selalu ada, bila manusia membiarkannya hidup pada tempatnya.

Silahkan Tulis Komentar Anda