Melestarikan alam adalah dengan pola hidup yang selaras dengan alam. Manusia hidup harusnya dengan mengikuti hukum-hukum alam, yaitu bagaimana alam berperilaku. Kerusakan alam terjadi ketika manusia mengambil terlalu banyak dari alam dan mengabaikan hukum-hukum bagaimana alam bekerja. Temperatur makin panas, banjir, tanah longsor bahkan tubuh manusia yang kian rentan adalah akibat yang timbul setelah manusia tidak hidup berdampingan dengan alam secara harmonis.
Kerusakan alam terjadi ketika pandangan terhadap diri manusia berubah dengan menganggap bahwa manusia adalah pusat dan penentu alam. Sebagai penentu alam, manusia memiliki hak mengeksploitasi alam yaitu mengambil secara berlebih dari alam, lebih dari takaran dan menciptakan pola hidup yang tidak selaras dengan alam. Bencana alam, krisis lingkungan hidup dan degradasi kualitas hidup manusia adalah akibat dari angkara murka manusia terhadap alam.
Manakah perilaku yang selaras dan tidak selaras terhadap lingkungan alam? Warnailah kotak yang menunjukkan perilaku selaras dengan lingkungan alam.
Amatilah gambar berikut.
Di manakah kegiatan pada gambar di atas dilakukan? Apakah dilakukan di daerah perkotaan, pedesaan, atau pesisir? Apakah kegiatan tersebut termasuk perilaku selaras dengan alam? Jelaskan.Kegiatan pada gambar merupakan kegiatan pertanian yang dilakukan di daerah pedesaan. Kegiatan tersebut menunjukkan perilaku selaras dengan alam. Petani mengolah tanah menggunakan cangkul dan mereka mempuk tanaman menggunakan pupuk kandang. Kegiatan bertani tersebut tidak merusak alam.
Bagaimana keadaan lingkungan alam sekolahmu? Ceritakan keadaan lingkungan alam sekolahmu dalam bentuk tulisan.
1. Apa yang kamu lakukan terhadap lingkungan alam sekolahmu? Tuliskan kewajibanmu terhadap lingkungan sekolahmu.
No | Pengalaman dalam Melaksanakan Kewajiban terhadap Lingkungan Sekolah |
---|---|
1. | Senantiasa menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu setiap orang sebaiknya mulai menerapkan prinsip daur ulang guna mengurangi jumlah sampah yang beredar di lingkungan kita. |
2. | Tidak memanfaatkan sumber alam secara berlebihan. Meskipun selalu disediakan dengan sendirinya oleh alam, namun bukan berarti bahwa sumber alam tersebut tidak terbatas. Maka dari itu manfaatkanlah seperlunya, berikan perhatian yang layak agar tidak terjadi bencana seperti banjir, longsor, serta kerusakan lain yang merugikan masyarakat. |
3. | Menggunakan kembali barang-barang bekas yang sudah tidak digunakan. Misalnya saja menggunakan botol minuman untuk membuat bahan kerajinan. |
No | Kewajiban terhadap Tuhan Berhubungan dengan Lingkungan Sekolah |
---|---|
1. | Mencintai tumbuh-tumbuhan disekitar sekolah dengan cara tidak merusaknya. Tanaman tersebut juga dirawat dengan cara menyiramnya setiap pagi hari. |
2. | Menjaga kebersihan lingkugan sekolah seperti membuang sampah pada tempatnya. Meyapu halaman dan ruang kelas |
3. | Menghormati Bapak dan Ibu guru karena Bapak dan Ibu guru merupakan orang tua kita saat berada di sekolah. |
Diketahui koordinat titik-titik berikut.
A (-5, 2) C (4, -3)
B (-2, -3) D (1, 2)
Tentukan letak titik A, B, C, dan D pada bidang koordinat berikut.
1. Kemudian, hubungkan titik A dan B, B dan C, C dan D, serta A dan D. Bangun apakah ABCD? Jajrgenjang
2. Buatlah bangun-bangun datar yang lain pada bidang koordinat. Kemudian tuliskan koordinat titik-titik sudutnya pada tabel berikut.
No | Nama Bangun | Koordinat |
---|---|---|
1. | Persegi Panjang | A (-7,5), B(-4,5) C(-4,-3) dan D (-7, -3) |
2. | Segitiga | E (-2, 1), F (3, 1), dan G (1, 7) |
3. | Persegi | H (3, 2), I (7, 2), J (7, 7), dan K (3, 7) |
3. | Trapesium | L (-3, -1), M ( 1, -1), N (2, -8), dan O (-3, -6) |
3. | Belah Ketupat | P (4, 0), Q (6, -3). R (4, -6>, dan S (2, -3) |
Kepala Desa Lonca, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi itu berusaha menggali kembali memori tentang sebuah peristiwa besar di masa lalunya. Suatu hari di akhir tahun 1970, ketika dirinya masih kanak-kanak, Desa Lonca yang tidak lain kampung halamannya rata dengan tanah akibat bencana longsor. Ia dan seluruh masyarakat setempat tidak mempunyai pilihan lain kecuali mengungsi.
Pak Kalvin tidak ingat banyak korban yang meninggal waktu itu karena beliau berusia sekitar 6 atau 7 tahun kala itu. Namun yang ia tahu pasti adalah hidup mengungsi serta kehilangan tempat tinggal merupakan suatu peristiwa memilukan. Itu tidak akan lekang dalam ingatan. Pria yang kini berusia 44 tahun itu tidak segan berbagi kisah untuk Media Indonesia. Pak Kalvin mengaku memetik pelajaran besar dari musibah yang sempat memakan korban jiwa tersebut. Menurutnya, nyawa warga Desa Lonca tidak perlu hilang sia-sia apabila pihaknya mau bijak dalam memperlakukan alam. ”Desa ini awalnya merupakan area pengungsian usai bencana longsor tahun 1970-an itu. Namanya masih Desa Lonca,” ujar Kalvin. Lonca yang terletak di ketinggian 730 m dari permukaan laut (dpl) dengan kemiringan 30-60 derajat saat ini memiliki luas sekitar 36 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 509 jiwa. Jarak Desa Lonca dengan Ibu Kota kecamatan sekitar 6 kilometer, sedangkan dari Kota Palu sekitar 81 kilometer.
Desa Lonca dikelilingi hutan lindung di bawah Taman Nasional Lore Lindu, hutan produksi, dan subdaerah aliran Sungai Miu. Tidak mudah mencapai Desa Lonca karena tipologi tanah pegunungan Sulawesi yang relatif rapuh membuat mustahil dapat membangun jalan permanen di lereng-lereng bukit menuju Lonca.
Semua masyarakat di Desa Lonca hingga saat ini menurut Pak Kalvin menggantungkan hidup sepenuhnya dari hasil hutan. Pola ladang berpindah dengan metode tebang dan bakar menurut Kalvin sudah mendarah daging pada sebagian besar masyarakat Lonca.
“Itu seperti pengetahuan yang diwariskan turun-menurun. Saya ingat dulu kecil saat waktunya membuka ladang baru, pulang sekolah langsung diajak orang tua untuk tebang pohon di hutan.
Kayunya kita ambil untuk memanaskan tungku, bikin kandang ternak atau bahan bangunan. Bila sudah gundul, lahan kemudian dibakar karena sepertinya dengan cara begitu tanah akan menjadi lebih subur,” papar Kalvin.
Namun, pola warisan tersebut menurut Kalvin sontak berubah pasca bencana longsor yang melanda Lonca. “Kita sadar, menebang hanya akan mendorong kita mengungsi lebih ke bawah lagi sampai akhirnya hutan dan gunung ini habis. Kami kini mengubah pola penghidupan yang tadinya rakus dan menghabiskan hutan menjadi pengambil manfaat yang mesti menjaga hutan,” ucap Kalvin.
Kini masyarakat Lonca hanya menanam di hutan. Rotan, kayu, damar, dan cokelat menjadi komoditas membanggakan masyarakat setempat yang dapat dipanen tanpa harus membongkar hutan. Di sela-sela pepohonan tersebut, masyarakat juga menanam singkong, ubi, dan jagung agar dapat dikonsumsi sehari-hari juga berbagai tanaman obat. Meski memakan waktu, kesadaran bersama untuk mengubah pola konsumsi masyarakat tersebut menuai hasil harmonis dengan alam. Kini masyarakat Desa Lonca bahkan mempunyai tradisi baru mesti menanam pohon dulu setiap akan menikah dan punya anak. “Ibaratnya menebus ikatan atau kelahiran dengan pohon, pohon yang ditanam juga tidak ditinggal begitu saja, harus dirawat sampai bisa tumbuh sendiri. Bila tidak dilakukan, mesti bayar denda,” tutur Kalvin.
disadur dari: http://beta.partainasdemo250.org/dunianasdem/page/1087
Apa isi dari bacaan di atas? Adakah perilaku yang selaras dengan lingkungan alam? Di manakah daerah dalam cerita itu? Bagaimana kondisi geografis daerah itu?
Bacaan di atas berisi tentang kesadaran masyarakat Desa Lonca Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi yang hidup harmonis dengan alam. Desa Lonca dikelilingi hutan lindung di bawah Taman Nasional Lore Lindu, hutan produksi, dan subdaerah aliran Sungai Miu.